December 19, 2017

Fashion Hijab

Fenomenologi Jilbab
“Fashion Hijab”
Telah kita lihat kondisi masyarakat disekitar kita sekarang ini, bagaimana kita melihat orang-orang dengan berbagai stylenya yang sangat berlebihan. Dimana orang-orang tersebut merasa ketinggalan ketika melihat orang lain yang sangat bergaya mengikuti fashion zaman sekarang ini, dengan hal itu banyaknya para remaja yang mengubah fashionnya untuk mengikuti perkembangan zaman dengan meniru berbagai idola yang ada di tv atau selebriti yang hitz bahkan sampai mengikuti style dari artis korea dan artis luar negeri yang lainnya. Bahkan perempuan berjilbab sekalipun juga mengikuti zaman atau style yang trend dari waktu ke waktu, bisa saja hal tersebut dipengaruhi oleh letak wilayah, kondisi ekonomis, dan minder. Berdasarkan hasil dari perkembangan zaman tersebut disini saya mengangkat tema mengenai Fenomenologi Jilbab di kalangan remaja.
Berdasarkan hasil penelitian yang saya peroleh dengan proses wawancara terhadap 2 mahasiswa UIN asal Sulawesi Barat ini atas nama Iqbal Maulana dan Irma Melani, bahwa berdasarkan fenomenologi hijab yang telah dialami  oleh Irma Melani ini “merupakan suatu identitas bagi seorang muslimah dan bukan hanya sekedar penutup aurat”, dimana jilbab tersebut dijadikan sebagai identitas agar dikenal dari kalangan mana, sudah memakai jilbab sejak di bangku smp kelas satu dengan alasan karena sudah balig dan banyak perbedaan menurutnya ketika berjilbab dan tidak memakai jilbab. Salah satu perbedaan tersebut merasa dirinya belum lengkap sebagai seorang muslimah ketika tidak menggunakan jilbab. Namun ketika ia memakai jilbab bahwa dirinya merasa sudah dewasa dengan hal itu ia merasa terlindungi dari segala cobaan serta merasa dihormati dari berbagai kalangan. Dilihat dari perkembangan jilbab sekarang ini bahwa jilbab lebih banyak digunakan sebagai ajang mempertunjukkan kecantikan dengan berbagai model padahal sudah diketahui bahwa fungsi utamanya ialah menutup aurat. Ujarnya, tentang wanita bercadar bukanlah suatu hal yang berlebihan akan tetapi tergantung dari niat seseorang. Tapi, saya sendiri siap bercadar ketika ada perintah dari pasangan halal saya nantinya.
Mengenai konsep jilbab terhadap pandangan lelaki 1 ini atas nama Iqbal Maulana yang mengiming-imingkan perempuan berjilbab untuk dijadikan sebagai pasangan hidupnya karena sudah menutup auratnya dan mengikuti perintah yang ada dalam al-qur’an. Akan tetapi perempuan berjilbab yang ia inginkan bukan hanya sekedar berjilbab, namun memiliki akhlak yang baik dan mampu menjaga pandangannya dari setiap fenomena yang terjadi pada zaman kekinian ini, ujarnya. Tidak perlu perempuan berjilbab yang memakai cadar mengisi kehidupanku setidaknya perempuan yang berjilbab sesuai syari’at Islam dan patuh terhadap suami nantinya.
Dari kedua konsep atau pandangan diatas berdasarkan hasil wawancara pada 2 model, telah kita ketahui bahwa jumlah perempuan yang berjilbab di Indonesia sekarang ini semakin meningkat karena adanya konteks penutup aurat dan dijadikan sebagai ajang kecantikan dengan berbagai model jilbab yang trend. Dimana simbol jilbab ini dijadikan sebagai penutup aurat dan mengandung pesan moral sebagai meninggikan derajat seorang perempuan agar merasa dihormati dan disegani para kaum lelaki. Jika dilihat dari kondisi sosiologis perempuan yang memakai jilbab tidak hanya dijadikan sebagai lambang dari akhlak seseorang, Ketaqwaan dan keshalehan sebagai seorang wanita. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa perempuan yang memakai jilbab tidak ada jaminan bahwa hal itu merupakan suatu keshalehan perempuan dan belum tentu akhlak perempuan tersebut paling baik, bahkan sebaliknya belum tentu perempuan yang tidak mengenakan jilbab itu selalu salah. Dengan itu jilbab merupakan suatu sikap kehati-hatian jika mengenakannya. Sebab berjilbab atau tidak merupakan suatu kebebasan seorang perempuan. Dari masalah sosial mengenai jilbab ini bukan hanya dijadikan sebagai identitas akan tetapi dapat pula disimbolkan dengan kekuasaan. Bahwa terkadang perempuan yang berjilbab juga menyalah gunakan terhadap apa yang dimilikinya.
Terdapat kutipan oleh Quraish Shihab (2005) dalam buku Psychology Of Fashion bahwa ada alasan yang menyebabkan keharusan perempuan untuk mengenakan pakaian tertutup yaitu: Alasan filosofis, berpusat pada kecenderungan kearah kerahiban dan perjuangan melawan kenikmatan dalam rangka melawan nafsu manusiawi, hal tersebut untuk melindungi dirinya dari para nafsu lelaki agar terhindar dari perbuatan zina. Alasan keamanan, misalnya agar istri yang cantik tidak menjadi rampasan orang lain. Alasan ekonomi, misalnya perempuan diberi pakaian yang tertutup dan dilarang pergi keluar rumah agar laki-laki dapat mengeksploitasinya dengan menjadi pelayan bagi kepentingan laki-laki. Alasan peradaban manusia, tentu dengan adanya rujukan Al-qur’an. Hal tersebut tentu memiliki alasan dari adanya penutup aurat atau jilbab yang dijadikan sebagai penutup kepala perempuan agar terhindar dari hawa nafsu para lelaki.
Dari konsep tersebut mengenai relasi antar sosiologis dan ayat mengenai hijab, dapat kita lihat pada Q.s Al-Ahzab ayat 59 yang artinya “ Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali sehingga mereka tidak mudah diganggu, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang”. Hal tersebut kita ketahui bahwa dengan adanya jilbab sebagai penutup kepala berdasarkan ayat diatas merupakan adanya konsep agama yang ada pada Islam dengan kitab sucinya bahwa dengan berjilbab merupakan suatu hal yang wajib bagi wanita muslim, dari sosiologisnya penutup kepala atau jilbab tersebut djadikan sebagai identitas perempuan muslimah dalam Islam. Bahwa jilbab yang dimaksud ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka, dan dada.
Dapat juga dilihat pada Q.s An-Nur ayat 31 yang  artinya “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Dari ayat tesebut tentu dapat kita ketahui bahwa setiap perempuan mukmin hendaklah kamu membatasi pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka agar jangan sampai jatuh kepada yang haram. Perhiasan mereka janganlah dipamerkan kecuali perhiasan yang sulit disembunyikan seperti cincin, celak, inai (pacar) dan sebagainya. Akan tetapi dari kondisi sekarang ini banyak yang memaknai jilbab dengan baik ialah menutup segala anggota tubuh kecuali mata, hal tersebut dapat dilihat pada perempuan yang bercadar. Akan tetapi ummat muslim tidak di wajibkan memakai cadar namun dengan memakai pakaian tertutup saja agar bisa terlindungi dari berbagai kejahatan dan menjaga pandangan para lelaki. Namun, perempuan sekarang ini terkadang salah memaknai jilbab karena masih banyak yang menganggap bahwa jilbab merupakan sebagai ajang suatu kecantikan seseorang dengan berbagai stylenya yang berbeda sesuai perkembangan zaman  disisi lain jilbab juga diartikan menutup segala anggota tubuh perempuan kecuali bagian yang memang tidak bisa ditutup lagi. Hal tersebut dimaknai dari berbagi pandangan yang memaknai hijab. Saya sendiri menganggap bahwa jilbab dijadikan sebagai penutup kepala untuk dijadikan sebagai identitas dan penutup aurat bagi perempuan, dimana dipadukan dengan baju yang memenuhi syari’at Islam yang tidak mesti baju gamis serta baju yang mewah lainnya. Dimana aurat perempuan yang hanya bisa dilihat oleh laki-laki yang mahramnya saja dengan tidak memikat nafsu yang menimbulkan terjadinya perzinahan. Jadi, perempuan yang memakai jilbab dengan stylenya yang berbeda-beda tentu dengan pemahaman yang berbeda pula. Namun terkadang melihat pandangan seseorang bahwa jilbab yang menutup seluruh tubuh termasuk wajahnya dipandanga dengan akhlak yang baik. Akan tetapi tidak semua perempuan yang memakai jilbabnya panjang merupakan perempuan yang memiliki akhlak yang mulia.


December 18, 2017

Aku dan Al-Qur'an

Aku dan Al-qur’an dalam Transformasi Tekhnologi
            Sejak kecil aku di tuntun oleh orang tuaku untuk mengenal Al-qur’an, karenan Al-qur’an sangat berperan penting dalam kehidupan yang dijadikan sebagai pedoman bagi seluruh ummat muslim. Saat itu umurku masih kanak-kanak yang hanya diperlihatkan gambaran tentang Al-qur’an, belum bisa membaca Al-qur’an bahkan mengenal huruf pun belum bisa sama sekali. Sejak memasuki bangku SD, aku bingung dengan orang-orang disekitarku sebab dimana-mana selalu membahas tentang Al-qur’an padahal anak kecil seperti aku waktu itu belum tau sama sekali. Karena usiaku sudah mulai bertambah, orang tuaku pun juga mengajarkan aku tentang Al-qur’an dan membawa aku ke sebuah TPA terdekat. Dari situlah aku mulai berproses mengenal Al-qur’an yang semakin banyak pertemuan semakin meningkat pula pembahasan yang diajarkan oleh guru TPA ku. Di bangku SD dimana aku sangat rajin beribadah karena perintah orang tua bahkan tidak pernah lupa membuka lembaran Al-qur’anku untuk dibaca. Tetapi, sejak memasuki bangku SMP kelas dua aku seakan-akan sudah dipengaruhi oleh gadget yang dimiliki oleh orang-orang disekitarku yang kemudian aku mulai malas akan membuka lembaran Al-qur’an itu.
Dimana tekhnologi yang semakin canggih dan aplikasi sosial media yang sangat marak sehingga aku jarang untuk mendekati lagi kitab suci Al-qur’an dan sudah mengenal facebook, twitter dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu aku duduk di bangku SMP kelas 3 dimana mendekati waktu ujian, aku kembali membuka Al-qur’anku yang setelah beberapa lama hanya kujadikan hiasan di rak tempat ibadahku dikamar, saat itu aku memiliki masalah yang benar-benar menimpa kehidupanku untuk berpisah dengan keluarga. Saat kumulai membuka dan membaca lembaran ayat yang ada didalam Al-qur’an membuat pelafalanku semakin kaku. Namun lama kelamaan aku bisa kembali melancarkan bacaan ayatku yang ada pada Al-qur’an dengan suasana yang sedih waktu itu, dimana air mataku mulai bercucuran diatas ayat-ayat Al-qur’an. Akan tetapi aku merasa berbeda saat membaca Al-qur’an tersebut dalam suasana sedih dimana aku mendapatkan ketenangan dan petunjuk dari masalah yang sedang aku hadapi. Aku benar-benar merasa ini mukjizat Tuhan sebab telah membukakan hatiku yang buta dengan membaca beberapa ayat ini.
Lanjut ketingkat SMA ku tidak pernah terlepas dari Al-qur’an karena setiap pagi tentu diadakannya rehat di madrasahku tercinta dimana siswa-siswi diwajibkan untuk membawa Al-qur’an dan melakukan pengajian rutin tiap paginya. Nah dari situ aku benar-benar berfikir bahwa betapa pentingnya Al-qur’an ini bagi ummat muslim, yang didalamnya terdapat berbagai petunjuk dari terciptanya manusia dimuka bumi ini semua dijelaskan dalam Al-qur’an. Bahkan timbul pertanyaan yang mengusikku apakah orang yang membaca Al-qur’an sudah memiliki akhlaq yang baik ?. Nah setelah melanjutkan diperguruan tinggi Al-qur’an kembali digunakan dan setiap saat Al-qur’an digunakan bagi setiap muslim. Kenapa ? arti Al-qur’an tersebut sangat memiliki makna disetiap ayatnya, dimana Al-qur’an ini dijadikan sebagai pedoman hidup yang seluruhnya menggambarkan kehidupan yang terjadi di zaman Nabi, dengan Al-qur’an kita jutga bisa mengetahui apa saja yang menjadi hal buruk dilakukan oleh seorang manusia agar manusia terhidar dari apa yang diperintahkan dalam Al-qur’an itu. Selalu memberikan petunjuk bagi orang-orang yang menghadapi kesusahan meskipun petunjuk itu tidak langsung datang dari hadapan kita akan tetapi aku percaya bahwa Al-qur’an sebagai petunjuk lewat perantara orang-orang yang ada dsekitar kita.
Akan Tetapi seiring bertambahnya umurku aku benar-benar merasa ada perbedaan yang sangat jauh ketika mengenal lebih awal Al-qur’an dari sekarang ini. Bahwa dulu benar-benar mengarah pada pelajaran tanpa adanya gadget yang selalu untuk dimainkan. Akan tetapi sekarang ini dapat juga membaca ayat Al-qur’an lewat android yang canggih. Namun terkadang hanya 2-5 kali yang bisa kubaca dalam waktu satu minggu. Itu artinya Al-qur’an sudah memudar dikehidupanku sekarang ini dikarenakan dipengaruhi oleh android yang canggih. Sejak adanya tugas mengenai hal ini aku semakin sadar dengan cerobohnya diriku yang memberikan sisa sisa waktu untuk membaca Al-qur’an tersebut. Dan diusiaku sekarang ini aku paham dengan orang tua yang menuntutku untuk membaca Al-qur’an agar aku juga bisa mengetahui arti kehidupan lewat Al-qur’an tersebut, dimana banyaknya doktrin-doktrin yang harus kita ketahui dan kita tafsirkan lewat Al-qur’an . karena jika kita tidak mengetahui Al-qur’an sama sekali maka kehidupan kita akan hancur dan tidak ada gunanya jika hanya mementingkan kehidupan dunia sebab masih da kehidupan akhirat yang lebih bermakna di dalam Al-qur’an. Akupun menganggap bahwa arti al-qur’an dalam diriku ialah sebagai jembatan dalam kehidupan manusia , yang mana apabila jembatannya tidak utuh maka akan roboh. Sama halnya antara aku dan al-qur’an apabila aku hidup didunia tanpa mengenal al-qur’an yang menjadi jembatan untukku menuju ke akhirat maka hiduku sama sekali tidak ada rtinya jika al-qur’an hilang dari semua kehidupanku.
Dimana Al-qur’an juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan Al-qur’an sebagai jembatan bagiku karena dengan itu kita bisa mendapatkan jalan menuju ketempat tujuan kita yang mana ingin kita kunjungi. Sama halnya gambaran kehidupan akhirat yang ada pada Al-qur’an bahwa Al-qur’an sebagai jembatan untuk menuntunmu kejalan yang benar terhadap arah dan tujuanmu. Dengan al-qur’an juga saya tau bagaimana kehidupan orang-orang di jaman dulu dan mengapa banyaknya larangan yang terjadi dan sangat jelas di dalam al-qur’an itu semua karena sang pencipta tidak menginginkan para hambanya untuk masuk kedalam arah yang salah sebagaimana al-qur’an menggambarkan tentang kebaikan dan keburukan tersebut. Terima kasih banyak untuk Ibu Dosen Lien Iffah Naf’atu Fina selaku dosen Tafsir Hadis Tematik yang telah memberika hidayah karena memberikan tugas mengenai relasi antar Aku dan A-qur’an ini, sebab dengan adanya tugas seperti ini aku merasa sadar bahwa banyaknya waktu yang terbuang dikarenakan gadget yang kekinian dan mengabaikan Al-qur’an. Dengan ini saya sadar betapa pentingnya kitab suci ummat islam ini jika benar-benar kita pahami arti dari sebuah Al-qur’an tersebut.